Jakarta, Kompas.com - Menteri Kesehatan Nafsiah
Mboi melarang tenaga kesehatan, terutama bidan dan dokter mendorong
penggunaan susu formula bagi bayi . Sebaliknya, mereka diminta untuk
mendorong pemberian ASI eksklusif.
Karena iklan susu formul a,
Indonesia buruk cakupan pemberian ASI ekslusifnya, ujar Menteri
Kesehatan, Nafsiah Mboi di hadapan 130 tenaga kesehatan teladan tingkat
nasional 2012, Rabu (15/8). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2010, cakupan pemberian ASI eksklusif bayi 0-5 bulan
sebesar 27,2 persen. Jika dilihat lebih detail, pemberian ASI eksklusif
pada bayi usia 5 bulan bahkan hanya 15,3 persen.
Nafsiah lalu
menga takan, masih mendapat laporan adanya bidan-bidan yang menjalin
kerja sama dengan pabrik susu untuk membantu penjualan susu formula.
Itu dosa. Dosa kita (tenaga kesehatan-red) kalau bayi-bayi itu tidak
mendapat ASI, ujarnya.
Nafsiah mengatakan, jika terdapat ibu
yang kesulitan untuk menyusui bayinya, tenaga kesehatan harus sepenuh
hati dan sedapat mungkin membantu sang ibu agar mampu menyusui.
Janji, ya. Siapa yang memberikan susu formula sebelum membantu sang ibu
untuk memberikan ASI, saya cabut nanti penghargaannya, ujar Nafsiah
disambut tepuk tangan para tenaga kesehatan.
Pemberian air susu
ibu secara eksklusif (tanpa disertai makanan dan minuman lain)
berlangsung selama enam bulan sejak kelahiran bayi . Setelah itu, bayi
tetap mendapat ASI disertai pemberian makanan pendamping lain. Nafsiah
berpandangan, makanan pendamping ASI pun tidak perlu berupa susu
formula.